Sabtu, 26 April 2014

Sejarah Silat

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENCAK SILAT

Pendahuluan
Pencak Silat adalah kata majemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam).
Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura dan Bali, sedangkan kata Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan) dan Filipina.
Penggabungan kata Pencak dan Silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dari perguruan Pencak dan perguruan Silat di Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta.
Sejak saat itu Pencak Silat menjadi istilah resmi di Indonesia. Perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat.
Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada. tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan, kata Pencak dan Silat masih digunakan secara terpisah.
Di bawah ini secara singkat akan diuraikan beberapa hal sekitar Pencak Silat yang meliputi: sejarah, falsafah, jenis, aliran, perguruan dan pendekar Pencak silat, penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat, pengembangan dan penyebaran Pencak Silat serta tantangan terhadap Pencak Silat. Keseluruhan uraian akan disimpulkan secara umum.
II. Sejarah Pencak Silat
Kebutuhan paling dasar manusia adalah keamanan dan kesejahteraan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan sarana. Diantara ciptaan manusia yang menyangkut kebutuhan keamanan, adalah cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan fisik, di antaranya adalah apa yang disebut "jurus" dan senjata.
"Jurus" adalah teknik gerak fisikal berpola yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa maupun dengan menggunakan senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia. Kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Demikian pula senjata yang digunakan.
Masyarakat pribumi Asteng pada umumnya merupakan masyarakat agraris yang hubungan sosialnya dilaksanakan dengan sistem peguyuban. Warga masyarakat yang demikian mempunyai dasar pandangan dan kebijaksanaan hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai serta kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat. Dengan dasar itulah sistem paguyuban yang diperlukan bagi kehidupan agrarisnya dapat dilaksanakan dan ditegakkan.
Dalam kaitan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah itu, "jurus" harus digunakan secara bertanggungjawab. Hal ini dapat terlaksana apabila si pengguna mampu mengendalikandiri. "Jurus" hanya boleh digunakan untuk pembelaan diri.
Di dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan berbagai cara dan sarana di antaranya
dengan pengembangan "jurus" ke dalam bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan batin dan lahir.
Dalam perkembangan sosial dan budayanya, masyarakat pribumi Asteng telah menyerap pengaruh luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama maupun moral yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan itu,falsafah dari luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah tersebut,telah diserap dan digunakan untuk mengemas pandangan dan kebijaksanaan hidup masyarakat pribumi Asteng.
Dengan demikian jatidiri Pencak Silat ditentukan oleh tiga hal pokok sebagai satu kesatuan yakni :
Budaya masyaraka-t pribumi Asteng sebagai sumber dan coraknya.
Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya.
Substansi Pencak Silat itu sendiri yang mempunyai aspek mental spiritual (pengendalian diri), beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.
Pencak Silat dengan jatidiri yang demikian baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,kemudian Budha dan terakhir Islam, Pencak Silat dikembangkan dan menyebar luas.
Pada waktu sebagian besar kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng berada di bawah kekuasaan penjajah asing dari Eropa Barat, pendidikan Pencak Silat yang dipandang menanamkan jiwa nasionalis, telah dibatasi dan kemudian dilarang.
Tetapi kegiatan pendidikain Pencak Silat berjalan terus secara tertutup. Pada jaman pendudukan Jepang, Pemerintah yang berkuasa memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mengembangkan budayanya agar mendapat dukungan dalam perangnya melawan sekutu. Pada jaman ini, pendidikan Pencak Silat dilaksanakan seperti semula dan lebih meluas. Setelah kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng bebas dari kekuasaan asing dan lahir negara-negara yang merdeka dikawasan tersebut, perkembangan dan penyebaran Pencak Silat semakin pesat. Lebih-lebih setelah dibentuknya organisasi nasional Pencak Silat di sebagian dari negara-negara tersebut, yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat Singapura (PERSISI), Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam (PERSIB), Pencak Silat Association of Thailand (PSAT) dan Philippine Pencak Silat Association (PHILSILAT).
Di luar negara sumbernya, Pencak Silat juga berkembang dan nenyebar, lebih-lebih etelah dibentuknya Persekutuan Pencak Antarabangsa ( PERSILAT )
III. Falsafah Pencak Silat
Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Hal ini disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi pekerti luhur. Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat "tata-tentrem karta-raharja" (masyarakat yang aman-menentramkan dan sejahtera-membahagiakan) dapat terwujud secara maksimal apabila semua warganya berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang harus menjadi pegangan manusia adalah membentuk budi pekerti luhur dalam dirinya.
Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal, rasa dan kehendak. Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak. Semuanya itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai dalam pembentukan budi pekerti luhur ini adalah kemampuan mengendalikan diri, terutama di dalam menggunakan "jurus".
"Jurus" hanya dapat digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat maupun dalam rangka mewujudkan masyarakat "tata-tentrem karta-raharja." Dalam kaitan itu falsafah budi pekerti luhur dapat disebut juga sebagai Falsafah pengendalian diri.
Dengan budi pekertinya yang luhur atau kemampuan pengendalian dirinya yang tinggi, manusia akan dapat nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta, yakni taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam lingkungan hidupnya. Manusia yang demikian dapat disebut sebagai manusia yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat tinggi.
IV. Jenis dan aliran Pencak Silat
Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya, wujud fisikal dan visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari masing-masing jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan pada tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek tertentu dengan tidak meniadakan aspek-aspek yang lain.
Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :
Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri (karena wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian diri), yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat kemampuan mengendalikan diri dan karena itu lebih menekankan pada aspek mental-spiritual.
Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan diri secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada aspek beladiri
Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan pada aspek seni.
Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan karena itu lebih menekankan pada aspek olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat dengan kadar yang berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar. Karena itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4 aspek sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai etis (mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan sportif (olahraga) sebagai satu kesatuan.
Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis Pencak Silat dilakukan dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan ciri-cirinya yang menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya, disebut "aliran" Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya (aliran), nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat, yakni etis, teknis, estetis dan sportif sebagai satu kesatuan tetap ada dan terlihat • Jika tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat. Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai "jurus" Pencak Silat. Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek fisikal dan tidak menyangkut segi mental-spiritual dan falsafah.
Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau mazhab. Karena itu jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah budi pekerti luhur dan mempunyai aspek mental-spiritual sebagai aspek pengendalian diri.
Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang menggunakan "tenaga supernatural" dalam gaya pelaksanaan "jurus"nya. Tenaga supranatural yang disebut "tenaga dalam", "tenaga dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan penguat "jurus" atau kekebalan badan. Adanya aliran yang menggunakan "tenaga supernatural" telah memperkaya Pencak Silat.
V. Perguruan dan pendekar Pencak Silat
Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan aliran Pencak Silat. Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat berguru Pencak Silat. Berguru mempunyai konotasi belajar secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi secara langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru diketahui dengan jelas perkembangan kemampuannya, terutama kemampuan pengendalian dirinya atau budi pekertinya. Sang guru tidak akan mendidik, meningkatkan atau memperluas pendidikannya kepada seseorang yang mentalitasnya (kemampuan pengendalian diri atau budi pekertinya) dinilai tidak atau kurang memadai. Dalam kaitan itu, di waktu yang lalu tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi murid atau anggota perguruan Pencak Silat. Ujian- ujian berat yang menyangkut sikap mental harus ditempuh lebih dulu dan lulus. Ditinjau dari segi jenis Pencak Silat yang diajarkan, maka terdapat 4 kategori perguruan Pencak Silat, yakni :
Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan pendidikannya secara intensif pada aspek mental-spiritual Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan pengendalian diri yang tinggi kepada murid atau anggotanya.
Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya pada aspek beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemahiran teknik beladiri yang tinggi tanpa atau dengan menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau anggotanya.
Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada aspek. seni Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk keterampilan mempertunjukkan keindahan gerak Pencak Silat kepada murid atau anggotanya, tanpa atau dengan iringan musik tradisional serta tanpa atau dengan menggunakan senjata, sesuai dengan ketentuan "wiraga" (teknik gerak), "wirama" (irama gerak yang selaras, serasi dan seimbang) dan "wirasa" (pelembutan dan penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan improvisasi yang dilandasi rasa penghayatan).
Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya pada aspek olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan mempraktekkan teknik- teknik Pencak Silat yang bernilai olahraga bagi kepentingan memelihara kesegaran jasmani atau pertandingan. Bagi kepentingan pertandingan, pendidikan disesuaikan dengan peraturan pertandingan yang berlaku.
Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang terbanyak, diantaranya ada yang mengajarkan "tenaga supernatural". Sejak tahun 1970-an, banyak perguruan Pencak Silat Beladiri yang mengajarkan Pencak Silat Olahraga untuk kepentingan pertandingan dengan tujuan agar murid atau anggotanya dapat mengikuti kejuaraan Pencak Silat Olahraga, karena hanya jenis Pencak Silat ini yang dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni tidak dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan peragaan. Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yakni:
Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang menonjol antara lain:
Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun.
Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa percobaan yang ketat.
Metoda pendidikan bersifat monologis.
Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi pemecatan sebagai anggota.
Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya.
Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya.
Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan.
2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara lain :
Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang dipandang handal sebagai calon.
Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid.
Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan sebagai pemula.
Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis.
Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan argumen rasional.
Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya.
Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan perguruan.
Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri pokoknya antara lain:
Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang handal sebagai calon.
Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi Status sebagai anggota sementara.
Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak menyangkut hal-hal yang prinsipiil.
Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan.
Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang menyangkut perguruan dan pendidikannya secara terbatas.
Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari anggotanya.
Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana sumbangan.
Penanaman nilai-nilai falsafah dan pendidikan mental-spiritual di semua perguruan Pencak Silat tidak dilakukan secara khusus tetapi pada waktu dilaksanakan latihan dalam bentuk wejangan-wejangan singkat, pengucapan sumpah atau prasetya perguruan. Sesuai dengan •tuntutan perkembangan masyarakat yang semakin rasional, semua perguruan Pencak Silat tradisional dan peralihan akan berkembang dan berubah menjadi perguruan Pencak Silat modern dengan sifat pengelolaan dan pendidikannya yang relatif profesional.
Di Indonesia terdapat 10 perguruan Pencak Silat yang disebut perguruan historis. Kesepuluh perguruan tersebut adalah :
Setia Hati (SH), Setia Hati Terate (SHT), Perisai Diri (PD), Perisai Putih, Phasadja Mataram, PERPI Harimurti, Tapak Suci, Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI), Nusantara dan Putra Betawi.
Status historis disebabkan karena kesepuluh perguruan tersebut mempunyai hubungan kesejarahan dengan kelahiran dan perkembangan IPSI. Selain perguruan historis, di Indonesia terdapat juga perguruan besar. Yang menjadi ukuran adalah wilayah penyebaran dan jumlah anggota perguruan yang bersangkutan.
Yang termasuk perguruan besar di Indonesia antara lain:
Merpati Putih, Bangau Putih, Satria Muda Indonesia dan Kateda Indonesia.
Pimpinan perguruan Pencak Silat pada umumnya berkualifikasi pendekar, yakni suatu status tertinggi yang berkaitan dengan kemampuan pengamalan ajaran falsafah Pencak Silat secara konsisten dan konsekuen yang patut ditauladani sekaligus berkaitan juga dengan kemahiran dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat menurut kaidahnya. Di lingkungan perguruan modern, istilah pendekar telah digunakan sebagai gelar untuk tingkat penguasaan kemahiran Pencak Silat, diantaranya ada yang sifatnya berjenjang.
VI. Penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat
Baik penelitian maupun penulisan ilmiah tentang Pencak Silat hingga sekarang belum banyak dilakukan. Penelitian dan penulisan yang pernah dilakukan pada umumnya difokuskan pada segi teknis Pencak Silat. Segi non—teknis kurang atau belum mendapat perhatian, pada hal keduanya merupakan satu kesatuan. Tulisan-tulisan tentang Pencak Silat yang cukup terkenal adalah hasil karya Amy Shapiro yang berjudul "Martial Arts Language" dan hasil karya Don F. Draeger yang berjudul "Weapons and Fighting Arts of the Indonesian Archipelago". Amy Shapiro dalam tulisannya itu membedakan Pencak dengan Silat dalam pengertiannya. Menurut dia, "literally Pencak means skilled and specialized body movements, and silat means to fight using pencak. Don F. Draeger juga membedakan pengertian Pencak dan Silat tetapi keduanya tak dapat dipisahkan. Menurut dia, berdasarkan pengertian orang Minangkabau, '"pencak is a skillful body movement in variations for self-defence and silat is the fighting application of pencak; silat cannot exist without pencak; pencak without silat is purposeless". Menurut penulis ini, kata pencak, berasal dari bahasa Mandarin Shantung "pung-cha". Dikatakan olehnya bahwa "Pung means to parry and cover an attacking action, while cha implies to finalize by striking (chopping) action. The first ideogram implies an avalanche force while the second implies pressing". Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab Pendahuluan, kata Pencak dan Silat berasal dari bahasa masyarakat pribumi Asteng dan mempunyai pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan keterangan mengenai silat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwodarminto. Menurut Hisbullah Rachman dalam tulisannya yang berjudul "Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia", pada masa jayanya kerajaan Sriwijaya, Universitas Nalanda di negara tersebut telah menjadi pusat pengembangan agama Budha dan sekaligus juga pusat penyebaran Pencak Silat. Banyak orang Cina yang mempelajari Pencak Silat dan menyebarkannya di negerinya.
Ligaya Fernando Amilbang dalam bukunya "Pangalay" (gerak yang indah) menulis tentang "Langka" di Filipina Selatan yang sama dengan Pencak Silat. Langka berarti langkah. Disebutkan adanya Langka Budjang, Langka Baluang, Langka Kuntaw, Langka Pansak (Pencak), Langka Silat, Langka Lima dan Langka Sayaw. Kesemuanya itu mempunyai ciri-ciri Pencak Silat Mental-spiritual, Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni. Menurut penulis ini, di Myanmar Langka disebut "Lai-ka". Tulisan-tulisan tentang Pencak Silat dalam bahasa Indonesia yang beredar cukup luas di Indonesia, antara lain hasil karya Mariyun Sudirohadiprojo, Moh. Djumali dan Januarno. Ketiganya menyangkut penuntun teknis pelajaran atau pelatihan Pencak Silat Olahraga.
Majalah "Pendekar" berbahasa Melayu yang diterbitkan di Kuala Lumpur, mengkhususkan diri pada informasi-informasi sekitar Pencak Silat. Majalah "Pencak Silat" yang diterbitkan oleh PB IPSI dan terbitan perdananya baru bulan Mei 1990, juga bersifat serupa. Informasi tentang •teknik-teknik Pencak Silat cukup banyak dimuat dalam beberapa majalah yang diterbitkan di berbagai negara.
VII. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat
Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat dilakukan oleh perguruan-perguruan Pencak Silat. Setelah Perang Dunia ke-2, kegiatan perguruan-perguruan tersebut di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dikordinasikan oleh organisasi nasional Pencak Silat, yakni IPSI yang dibentuk pada tahun 1948, PERSISI yang dibentuk pada tahun 1976, PESAKA yang dibentuk pada tahun 1983 dan PERSIB yang dibentuk pada tahun 1987. Organisasi nasional Pencak Silat juga dibentuk di negara- negara lain. Untuk mengarahkan dan mengkordinasikan upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara internasional, pada tanggal 11 Maret 1980 di Jakarta dibentuk Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT). Menurut konstitusinya, PERSILAT mempunyai 3 macam anggota, yakni :
Anggota Pendiri, yang terdiri dari IPSI, PESAKA, PERSISI dan PERSIB.
Anggota Gabungan, yang terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat lainnya yang telah diakui oleh suatu badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah Pencak Silat di negara yang bersangkutan dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
Anggota Bersekutu, yang terdiri dari organisasi Pencak Silat yang belum diakui oleh badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah Pencak Silat tetapi dinilai oleh PERSILAT dapat mewakili negaranya dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat diusahakan untuk dapat dilaksanakan secara simultan, meliputi segi fisik dan non-fisik (mental- Spiritual dan falsafah). Tetapi hal ini belum sepenuhnya terlaksana. Yang sudah terlaksana baru Pencak Silat olahraga. Ini pun segi non-fisiknya belum mantap.
Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Olahraga dilaksanakan antara lain dengan menyelenggarakan kejuaraan-kejuaraan. Di Indonesia setiap tahun diadakan kejuaraan nasional Pencak Silat untuk pesilat dewasa dan remaja secara berselang- seling, kecuali apabila dalam tahun yang bersangkutan diadakan PON (Pekan Olahraga Nasional) di mana Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan. Sejak tahun 1987, Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan dalam SEA Games. Dalam tahun- di mana Pencak Silat Olahraga ikutserta dalam SEA Games, IPSI juga tidak menyelenggarakan kejuaraan nasional. Setiap kejuaraan nasional selalu dimulai dari kejuaraan tingkat kecamatan. Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Seni dilaksanakan dengan menyelenggarakan festival atau lomba. Di Indonesia IPSI baru melaksanakannya secara nasional pada tahun 1982. Untuk mengefisienkan penyelenggaraan, festival atau lomba tersebut diintergrasikan dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Lomba Pencak Silat Beladiri sedang diusahakan untuk juga dapat diselenggarakan, yang akan diintegrasikan juga dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Pada setiap kesempatan kejuaraan nasional Pencak Silat Olahraga, di Indonesia selalu diadakan pertemuan dan pernbicaraan dalam rangka peningkatan upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat. Pembicaraan serupa dalam tingkat kebijaksanaan, dilakukan dalam Munas (Musyawarah Nasional) yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Upaya lainnya yang telah dan akan dilakukan adalah Penataran Pelatih dan Wasit-Juri, penyempurnaan peraturan pertandingan, merumuskan standar nasional Pencak Silat Olahraga, kriteria penilaian lomba Pencak Silat Seni dan Pencak Silat Beladiri serta metoda pendidikan dan latihan Pencak Silat. Kejuaraan Pencak Silat Olahraga yang berskala internasional telah 6 kali dilaksanakan. Yang pertama dan kedua di Jakarta pada tahun 1982 dan 1984, yang ketiga di Wina pada tahun 1986, yang keempat di Kuala Lumpur pada tahun 1987, yang kelima di Singapura pada tahun 1988 dan yang keenam di Den Haag pada tahun 1990...**** Pada kesempatan itu juga dilaksanakan festival dan lomba Pencak Silat Seni dan pertemuan. Seminar Intemasional tentang Pencak Silat pernah diadakan, yakni pada kesempatan kejuaraan Internasional yang ke-IV di Kuala Lumpur. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi- informasi sekitar Pencak Silat di berbagai negara, antara lain tentang pengembangan dan penyebarannya.
Pencak Silat sekarang ini terdapat dan berkembang di 20 negara, yakni di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Austria, Jerman , Belgia, Denmark,
Swiss, Perancis, Yugoslavia, Spanyol, Inggris, Turki, Amerika Serikat, Suriname, Thailand, Filipina dan Australia.
Di beberapa negara lain sedang dirintis pengembangannya, antara lain di Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam. Negara-negara ini berkeinginan untuk mengikuti pertandingan Pencak Silat Olahraga dalam SEA Games, diantaranya ada yang meminta bantuan pelatih dari Indonesia.
VIII.Tantangan terhadap Pencak Silat
Pencak Silat yang "terdapat di luar negara sumbernya belum seluruhnya berkualifikasi sebagai Pencak Silat, dalam arti memenuhi kriteria jatidirinya maupun kaidah pelaksanaannya yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan. Di antara peminat Pencak Silat di luar negara sumbernya, ada yang berkecenderungan mempelajari Pencak Silat hanya segi fisikalnya saja dan kurang berminat mengetahui apalagi menghayati nilai-nilai falsafahnya yang menjiwainya dan nilai-nilai budaya yang mendasari maupun mewarnainya. Selama ini penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat sebagai aturan dasar dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan memang belum pernah dilakukan secara khusus. Usaha kearah itu sedang dirintis oleh IPSI, yanq juga akan dilakukan melalui PERSILAT. Sesuatu yang bernama Pencak Silat tetapi ujud prakteknya tidak menurut kaidah Pencak Silat (yang dijiwai nilai-nilai jatidiri Pencak Silat), dengan sendirinya tidak bernilai Pencak Silat menurut pengertian yang sebenarnya. Hal ini pada gilirannya akan menjatuhkan citra Pencak Silat. Disinilah letak tantangannya. Tantangan yang kedua berkaitan dengan mutu pertandingan Pencak Silat Olahraga yang masih belum memadai, bahkan kadang-kadang diwarnai oleh kericuhan , Kritik tajam mengenai hal ini sering terdengar. Hal itu akan dapat, bahkan mungkin telah menjatuhkan Citra Pencak Silat. Faktor penyebab yang utama adalah karena kurang dihayati dan dilaksanakannya kaidah Pencak Silat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pertandingan. Penghayatan kaidah Pencak Silat harus dilandasi dengan pemahaman jatidiri Pencak Silat serta nilai- nilai-nilainya.
Selain itu, tujuan pertandingan juga belum dihayati. Diantara tujuan tersebut adalah mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat, mempererat persaudaraan dan persatuan serta meningkatkan citra Pencak Silat: dan menarik simpati (minat) masyarakat (nasional dan internasional) terhadap Pencak Silat. Tujuan tersebut harus menjadi motivasi dasar pihak-pihak yang terlibat dalam per-tandingan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya. Gagasan Ketua Umum PB IPSI di dalam meningkatkan mutu pertandingan Pencak Silat: Olahraga adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatih IPSI yang berasal dari perguruan-perguruan yang kemudian dikembalikan ke perguruan-perguruan untuk melatih anggotanya,-terutama mereka yang akan diikutsertakan dalam kejuaraan. Hanya pesilat yang telah mendapat latihan dari pelatih IPSI inilah yang boleh mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI. Nantinya gagasan ini akan di internasionalkan melalui PERSILAT. Gagasan lainnya adalah penciptaan Pertandingan Sistem Baru (PSB), yang sekarang ini sedang diujicoba. Di samping tantangan yang bersifat umum, masih terdapat tantangan yang bersifat khusus dalam kaitan dengan pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara utuh maupun pemeliharaan dan peningkatan citra Pencak Silat.
IX. Kesimpulan dan penutup
Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan umum sebagai berikut :
Pencak Silat berasal dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asteng serta memiliki jatidiri tersendiri.
Berdasarkan pada nilai-nilai falsafahnya, Pencak Silat pada hakikatnya adalah substansi dan sarana pendidikan rohani dan jasmani untuk membentuk manusia utuh yang berkualitas tinggi baik mental maupun fisikal.
Tantangan-tantangan yang dapat menjatuhkan citra Pencak Silat perlu diatasi dengan penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat, falsafah Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat serta meningkatkan jumlah pelatih Pencak Silat yang handal dan profesional.
Semoga uraian tentang nilai-nilai dan perkembangan Pencak Silat ini dapat memberikan tambahan pengetahuan sekitar Pencak Silat bagi mereka yang berminat.
**** Tahun 1992 Kejuaraan Dunia di Indonesia (Jakarta )
Tahun 1994 Kejuaraan Dunia di Thailand ( Hatyai )
Tahun 1997 Kejuaraan Dunia di Malaysia
Tahun 2000 Kejuaraan Dunia di Indonesia ( Jakarta )
Tahun 2002 Kejuaraan Dunia di Malaysia ( Penang )
Tahun 2004 Kejuaraan Dunia di Singapura

Sejarah PSHT



Sejarah Singkat berdirinya PSHT\*

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 di desa Pilang Bango Madiun, Beliau merupakan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun 1905
beliau lulus sekolah SR (Sekolah Rakyat) kelas II ? HIS.
Tahun 1906
Beliau menjadi Mantri di Pasar Sepur Madiun, selama 4 bulan lalu dipindah ke Pasar Milir Madiun, belum 1 tahun Beliau mengundurkan diri.
Tahun 1916
Beliau menikah dan bekerja di Pabrik Gula Rejo Agung Madiun.
Tahun 1917
Beliau ujian Biomte Rumah Gadai dan lulus, lalu keluar dari Pabrik Gula Rejo Agung. Sambil menunggu panggilan dari Rumah gadai Beliau menganggur selama 1 tahun dan bekerja harian pada Stasiun KA Madiun. Beliau mendirikan perkumpulan Harta Jaya yang bertujuan memberantas rentenir. Tahun ini pula Beliau nyantrik (belajar) pencak silat pada KI Ngabei Surodiwirjo di Winongo Madiun.
Tahun 1922
Atas seijin Ki ngabei Surodiwirjo Beliau mendirikan pencak silat di desa Pilang Bangau Madiun dengan nama pencak SPORT CLUB. karena beliau menganggur Beliau berkeliling untuk mengajarkan pencak silat antara lain di kota kediri, Nganjuk, Kertosono, Jombang,Lamongan, Solo, dan jogja. Pada dasarnya niat beliau menambah keberanian untuk melawan penjajah Belanda. Dengan kegiatan tersebut Beliau sering keluar masuk penjara karena ditangkap Belanda. Beliau dituduh sebagai penggerak pemberontakan terhadap Belanda. Untuk mengelabui Belanda maka tempat - tempat latihan selalu bepindah - pindah dan namanya selalu berganti antara lain menjadi
PSC (Pemuda Sport Club), SHM (Setia Hati Muda).
Tahun 1926
Beliau ditangkap Belanda lagi, waktu itu istrinya mengandung Bpk. Hersono. Karena dipenjara Madiun ada gejala Pemberontakan dan Beliau terlibat dalam khasus tersebut, maka Beliau dipindahkan ke penjara cipinang dan masa tahananya ditambah 5 tahun. selam 2 bulan berada didalam penjara cipinang Jakarta, Beliau dipindah lagi ke penjara Buih Padang Panjang Sumatera.
Tahun 1931
Beliau pulang dari pembuangan, mulai tahun ini pula Beliau tidak mengajarkan pencak silat secara keliling, melainkan tetap mengajar di Pilang Bango Madiun dan Beliau menjadi Redaktur Harian dan Pokrol (pengacara).
Tahun 1942
Pada masa pendudukan jepang, atas usul dari sdr. Suratno nama PSC diganti menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE, dan usul tersebut disetujui sampai sekarang dipakai dasar PERSAUDARAAN TANPA ORGANISASI.
Tahun 1948
Atas usul dari Sdr.Sutomo Mangkujoyo, Sdr Jendro Darsono, Sdr.Sumaji, maka diadakanlah konfrensi SH Terate I di Pilang Bango Madiun di kediaman Bpk. Hardjo Oetomo. Dengan hasil SH terate diORGANISASIKAN.
adapun pengurus pertama adalah :
Ketua Pusat : Sutomo Mangkujoyo
Wakil Ketua : Jendro Darsono
Sekretaris : Sumaji
Tahun 1950
Karena Sdr. Sutomo Mangkujoyo pindah ke Surabaya dan Sdr. Jendro Darsono pindah ke kediri maka pemimpin pusat dipegang oleh Sdr. Irsad, Sekretaris oleh Sdr.Bambang Sudarsono.
Tahun 1952
Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum desa Pilang bango Madiun pada tanggal 13 April 1952.

Asal Mula Nama Desa Lerepkebumen

Asal Mula Nama Desa Lerepkebumen (Kec. Poncowarno, Kebumen)

Lerepkebumen adalah sebuah desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen. Nama Lerepkebumen diambil dari sebuah peristiwa perjalanan Pangeran Bumidirja, (paman Sultan Amangkurat I) yang sebelumnya menjabat sebagai dewan Parampara (Penasehat) Kerajaan Mataram.
Dikisahkan bahwa Amangkurat I (1646–1677) dalam menjalankan pemerintahan sering tidak sejalan dengan para bawahannya. Hukuman yang dijatuhkan terkadang tidak seimbang dengan kesalahan yang dilakukan. Patih dan seluruh jajaran pemerintahan kerajaan termasuk Kanjeng Pangeran Bumidirja yang merupakan dewan Parampara (Penasehat) berkali–kali memberi nasehat kepada sang Raja bahwa negara akan mengalami kekacauan jika ia tidak bertindak adil dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Namun nasehat–nasehat tersebut justru semakin membuat Amangkurat I marah dan memberi ancaman hukuman kepada Pangeran Bumidirja. Kesabaran Pangeran Bumidirja habis ketika Amangkurat I menjatuhkan hukuman penggal kepada Pangeran Pekik yang telah berjasa banyak kepada kerajaan saat itu (Pengeran Pekik berhasil merebut kembali Surabaya ke tangan Mataram dan menundukkan Sunan Giri yang memberontak kepada Mataram) hanya karena kesalahpahaman kecil yang bersifat pribadi. Pangeran Bumidirja yang mengetahui bahwa keesokan paginya akan dijatuhi hukuman mati juga oleh Sang Raja, berhasil melarikan diri dari kraton bersama keluarganya.
Pelarian Pangeran Bumidirja bersama istrinya diikuti oleh tiga orang abdi setia. Perjalanan mereka menuju ke Panjer. Sesampainya di Panjer, Pangeran Bumidirja beserta rombongan diterima dengan baik oleh Pemimpin Panjer saat itu yakni Ki Gede Panjer II. Pangeran Bumidirja kemudian diberi ijin untuk menempati tanah di wilayah Panjer seluas kurang lebih 3 Pal ke selatan dan ½ Pal ke timur dari tepi sungai Luk Ula. Di tempat tersebut Pangeran Bumidirja kemudian mengganti namanya dengan sebutan Kyai Bumi/Ki Bumi agar tidak dikenal oleh para petugas kraton Mataram yang ditugaskan mencarinya. Tempat Kyai Bumi tersebut akhirnya dikenal warga dengan sebutan Kebumian yang berarti tempat tinggalnya Kyai Bumi. Kyai Bumi pun menjadi sesepuh yang sangat dihormati di tempat tersebut.

Tradisi Pasar Senggol Selang
Sejak kepergian Pangeran Bumidirja dari kraton, Amangkurat I memerintahkan dua orang abdi kraton untuk melakukan pencarian terhadap Pangeran Bumidirja. Utusan Raja tersebut pun akhirnya sampai di Panjer dan berhasil menemukan Pangeran Bumidirja yang ketika itu dikenal sebagai Kyai Bumi/Ki Bumi. Kedua utusan itu kemudian mengutarakan maksud kedatangannya bahwa mereka diutus untuk mencari Pangeran Bumidirja sampai ketemu, dan tidak boleh pulang tanpa membawa serta Pangeran Bumidirja. Kyai Bumi menolak untuk pulang ke kraton sehingga kedua utusan itu pun akhirnya tidak kembali ke kraton serta memilih mengabdi kepada Kyai Bumi. Oleh karena keberadaan Kyai Bumi di Kebumian Panjer telah diketahui, maka ia memutuskan untuk meninggalkan Kebumian agar keberadaannya tidak tercium  lagi oleh kraton. Kyai Bumi beserta keluarga dan para abdinya akhirnya meninggalkan Kebumian Panjer dengan berjalan kaki diikuti oleh para warga Kebumian. Sesampainya di Selang, Kyai Bumi meminta agar para warga berhenti mengikuti kepergiannya dan kembali ke tempatnya masing–masing (tradisi Pasar Senggol Selang adalah untuk mengenang peristiwa tersebut).
(Versi babad kebumen), sementara itu jika mengacu Babad Arungbinangan dan Babad Kolopakingan, tradisi pasar senggol yang berkaitan dengan kepergian bumidirdja tidak disebutkan.
Dalam Babad Sruni selang lebih ditekankan pada tokoh Kyai Kramaleksana yang memiliki anak perempuan yang sangat berani hingga menimbulkan kekaguman Pangeran Mangkubumi ketika berada di Panjer (masa perang Mangkubumen yang berakhir dengan Perjanjian Giyanti) dimana setelah menjadi raja yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwana I, anak dari Kyai Kramaleksana Selang itu dijadikan istri dan bergelar RA. Handayasmara.
Dalam Babad Arungbinang baik versi Batavia Centrum maupun Versi Tembang, Selang lebih dikenal dengan tokoh yang bernama Kyai Jaiman yang dikenal berilmu sehingga Jaka Sangkrib pun datang ke Selang untuk berguru setelah sebelumnya berguru ke Kyai Mohammad Yusuf Bojongsari.

Asal Nama Lerepkebumen
Kyai Bumi beserta rombongan pun meneruskan perjalanan ke arah timur melalui jalur utara hingga berhenti di suatu tempat untuk beristirahat semalam. Daerah tersebut kemudian diberi nama Lerepkebumen atau sering disebut juga dengan Lerepbumen. Berasal dari dua kata : Lerep (bahasa Jawa yang berarti Berhenti) dan Bumen yang berasal dari nama sosok Kyai Bumi. Lerepkebumen bermakna tempat berhentinya Kyai Bumi. Setelah beristirahat semalam, rombongan Kyai Bumi melanjutkan perjalanan ke timur dan kemudian ke selatan, hingga berhenti di daerah Karang (daerah ini sekarang masuk dalam wilayah Karangrejo/Kutowinangun Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen). Di daerah ini Kyai Bumi menjadi seorang petani.
Karena dua utusan Sultan Amangkurat I tidak kembali lagi ke Mataram, akhirnya sang Raja kembali mengutus dua orang yang benama Udakara dan Surakarti. Dikisahkan bahwa dua orang utusan tersebut pun tidak kembali ke Mataram karena takut akan dijatuhi hukuman sebab tidak bisa membawa pulang Pangeran Bumidirja. Akhirnya Udakara dan Surakarti ikut mengabdi kepada Kyai Bumi.
Kyai Bumi menetap di daerah tersebut hingga akhir hayatnya. Makamnya dikenal dengan Makam Pangeran Bumidirja. Adapun Udakara dan Surakarti dimakamkan berbeda tempat akan tetapi masih dalam satu wilayah yang kini masuk dalam wilayah desa Lundong, Kecamatan Kutowinangun.

Keturunan Kyai Bumi
Kyai Bumi memiliki empat orang anak yakni Kyai GustiKyai BagusNyai Ageng, dan Kyai Bekel. Setelah wafatnya Kyai Bumi, yang menggantikan sebagai sesepuh di daerah tersebut adalah Kyai Bekel. Kemudian diteruskan oleh putra Kyai Bekel yang bernama Kyai Ragil. Sepeninggal Kyai Ragil, sesepuh digantikan oleh anaknya  yang bernama Hanggayuda yang kemudian menjadi Demang Kutowinangun.
Kejanggalan Makam Pangeran Bumidirja
Melihat penggalan cerita yang diambil dari Babad Kebumen ini, dapat disimpulkan bahwa Pangeran Bumidirja adalah Kyai Bumi. Artinya dua nama ini merupakan satu sosok tokoh. Namun, ketika kita melihat di lokasi kompleks makam yang telah dijadikan sebagai kawasan Cagar Budaya Kebumen ini (dimana setiap tahun tepatnya pada peringatan hari jadi Kebumen selalu diziarahi oleh para petinggi pemerintahan Kabupaten Kebumen), ada sebuah kejanggalan yakni terdapatnya makam bertuliskan Pangeran Bumidirja di dalam bangunan (cungkup) dan sebuah makam bertuliskan Kyai Bumi di luar Cungkup sebelah timur. Hal ini kiranya perlu mendapat perhatian dari pihak yang terkait sebab sangat berhubungan erat dengan pelurusan pemahaman sejarah bagi generasi penerus khususnya di Kebumen.

Pertabatan Panembahan Senopati / Danang Sutawijaya Kaligending – Kebumen

Pertabatan Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati/Raja I Mataram Islam) berada di Desa Kaligending Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumenlebih kurang 15 Km arah utara dari kota Kebumen. Di tempat ini Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati didampingi oleh Ki Juru Mertani melakukan “tapabrata” sebelum menjadi Raja I Mataram Islam. Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati berguru Ilmu kanuragan kepada beberapa guru di Kadipaten Panjer, mulai dari Mirit, Ambal, Bocor, hingga ke Kaligending. Di Kaligending, Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati berguru pada Ki Ageng Gending. Ilmu dari guru –gurunya di Kadipaten Panjer teruji ketika masa awal pemboikotan upeti Mataram kepada Pajang dimana Danang Sutawijaya diserang secara tiba – tiba oleh Demang Bocor menggunakan “Keris Pusaka Kyai Kebo Dengen”. Meskipun tidak dapat terlukai, Danang Sutawijaya tidak merasa marah dan dendam kepada Demang Bocor, Ia bahkan memaafkannya. Hal ini menjadikan para pemimpin di wilayah Bagelen dan Banyumas semakin merasa hormat dan loyal kepada Danang Sutawijaya/Panembahan Senopati hingga akhirnya Ia berhasil menjadikan Mataram menjadi kerajaan setelah menaklukkan Pajang. Selanjutnya, Ki Ageng Gending sendiri mengakhiri hidupnya dengan Moksha/Murca.

Salah satu ajaran hidup dari Ki Ageng Gending kepada Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati, diteruskan juga kepada generasi raja Mataram setelahnya dan ketika Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang juga menjadikan kadipaten Panjer sebagai pusat Logistik Perangnya melawan VOC di Batavia, ajaran yang juga diamalkan oleh Sultan Agung diabadikan dalam sebuah kitab karya Beliau yang terkenal dengan sebutan Kitab Sastra Gending.

Menurut Babad Tanah Jawa, Ki Juru Mertani adalah sosok yang pemilik Wahyu Penurun Ratu, akan tetapi sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa, wahyu itu berpindah kepada Ki Ageng Pemanahan yang meminum habis air kelapa bertuah milik Ki Juru Mertani (dalam babad disebut Ki Ageng Giring). Ia sadar akan takdir tersebut sehingga kemudian mengikhlaskannya, akan tetapi Ki Juru Mertani juga memberitahukan bahwa Wahyu Ratu itu hanya sampai pada Tujuh Generasi/Turunan.  Ternyata di kemudian hari kata – kata Ki Juru Mertani menjadi kenyataan karena Kerajaan Mataram akhirnya pecah menjadi dua setelah generasi Raja yang ke tujuh (Amangkurat IV/Amangkurat Jawa). Ki Juru Mertani sendiri hingga akhir hidupnya menjadi Penasehat dan Patih dari Kerajaan Mataram sekaligus menjadi Pemomong Wahyu Ratu.Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Ki Ageng Giring merupakan Sosok yang berbeda dengan Ki Juru Mertani. Literatur yang sangat minim menyebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah putra dari Brawijaya IV, akan tetapi jika mengacu pada Serat Silsilah, tidak diketemukan nama Ki Ageng Giring dalam alur Brawijaya IV. Hal ini menguatkan bahwa Ki Ageng Giring adalah nama lain dari Ki juru Mertani.

Misteri Di Bendungan Kali Gending

BENDUNGAN KALI GENDING


Gending Lukonoto
, yang hanya bisa didengar suaranya tanpa ada wujud aslinya, mengantarkan Danang Sutawijaya sampai ke daerah pesisir Urut Sewu Kebumen. Suara gending (gamelan) yang masih terdengar merdu itu terus diburu hingga berhenti di suatu tempat.
Danang Sutawijaya yang merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan itu merupakan pendiri Desa Mataram. Dia memiliki nama lain Raden Ngabei Loring Pasar juga menjadi anak angkat Raja Pajang, Hadiwijaya. Setelah ki Ageng Pemanahan wafat, Danang Sutawijaya mengubah desa tersebut menjadi kerajaan Mataram. Lokasinya berada di Kota Gede.Hadi Wijaya naik tahta sebagai Raja Pajang pada tahun 1549 setelah kematian Arya Penangsang yang dibunuh Danang Sutawijaya. Terdengarlah suara gamelan yang memecah lamunan Danang Sutawijaya. Pada dirinya lantas bergejolak.Danang Sutawijaya mencari asal suara tersebut, namun tidak ada yang mengetahuinya. Suara gamelan itu masih membuai genderang telinganya. Sesaat kemudian, ada suara bernada perintah untuk mengikuti arah bebunyian gamelan tersebut. Suara itu juga memberitahukan tentang Lukonoto, sebutan untuk gamelan gaib tersebut. Tanpa berpikir lama, Danang Sutawijaya pun mengikuti suara gending yang tiada henti bersahut-sahutan tersebut. Dia lantas memutuskan untuk melanglang buana sembari mengikuti iringan suara gamelan gaib itu.Danang Sutawijaya didampingi Ki juru Mertani yang memiliki nama lain Mertoloyo serta Tumenggung Alap – alap yang memiliki nama lain Wonoboyo. Tiga punggawa kerajaan lainnya yang juga ikut mendampingi, seperti Mbah Ebreg, R. Saparman dan Ki Noyoguno. Menantang ArusPerjalanan panjang mengikuti suara gamelan itu sampailah di pesisir Urut Sewu Kebumen. Di Pantai Logending, yang kini masuk kecamatan Ayah Kebumen, suara gamelan itu ternyata menuju ke arah Utara. Danang Sutawijaya pun mengikutinya.Di sebuah sungai yang kini bernama Luk ULa, rombongan kerajaan Mataram itu naik perahu. Mereka ternyata menantang arus untuk mengikuti suara gamelan tersebut. Hingga di suatu tempat, suara gending itu berhenti. “Setelah suara gending berhenti, Danang Sutawijaya kemudian bubak alas (membuka hutan) dan menjadikannya desa yang diberi nama Kaligending, “ kata sesepuh Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kebumen, Karsono yang didampingi Pardi.Kisah Turun temurun bedirinya Desa kaligending itu dijadikan masyarakat setempat untuk menggelar merdi Bumi (selamatan bumi). Waktu yang digunakan yakni pada Sura Jumat Kliwon. “ Kalau di bulan itu tidak ada Kliwon, maka yang diambil Jumat Manis,” katanya.Merdi bumi dengan kesenian tayub itu diiringi gending. Petilasan Danang Sutawijaya hingga kini masih dirawat masyrakat setempat. Warga membuatkannya sebuah bangunan kecil yang tertera angka 1842. Sekitar lokasi tersebut dijadikan tempat pemakaman umum. “ Bangunannya, saat ini sudah rapuh dan perlu direhab. Kami berharap ada bantuan dari Pemerintah,” kata Karsono.Praktisi Sejarah Kebumen, Ravie Ananda mengatakan, hubungan kerajaan Pajang dan Mataram sempat berkecamuk hingga terjadi pertempuran sengit antara Hadiwijaya dan Danang Sutawijaya. Ayah dan anak angkat itu pun bertempur dan berusaha saling bunuh.Hingga akhirnya, Danang Sutawijaya berhasil memenangkan pertempuran. Dan, Hadiwijaya terbunuh. Selanjutnya, Danang Sutawijaya mendirikan kerajaan mataram Islam. Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati. Dia memerintah tahun 1587-1601 dan wafat tahun 1601 di Desa Kajenar. Kemudian dimakamkan di Kotagede bersama dengan ayahandanya Ki Ageng Pemanahan. (Arif Widodo – Suara Merdeka Cetak; Rabu, 5 Januari 2011)

 
Copyright 2009 Blog Ahmad Fauzi. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator